Peluklah Alam

Batu Kepala Beach, Kupang-NTT

Sesering mungkin kita menghibur alam yang menangis dalam diam. Walau sebenarnya kita melihat, mendengar, merasakan atau lebih dari sekedar itu. Sebab kitalah pelakon yang mendatangkan kubangan air mata alam.
Siapa sangka percikan ombak ialah tangisan yang menanti banyak telinga? Siapa sangka gemuruh ombak ialah amarah pada kejahilan? Siapa sangka senja tak kunjung datang, langit adanya biru dan tak ingin hengkang karena masih menanti kunjungmu? Siapa sangka bayangan hitam di tengah cerah ialah duka alam? Siapa sangka gesekan biola dan rentet syair ialah nyanyian perkabungan?
Peluklah alam sebelum akhirnya kamu kehilangan.

Kupang, 06 Maret 2017
Herman Efriyanto Tanouf

Comments