RUANG CURAHAN HATI [1]




Prolog


Curahan hati (curhat) seringkali dilatarbelakangi oleh berbagai persoalan rasa-persoalan hati; mungkin merasa sakit hati, kecewa, marah, dan emosi lain sejenisnya. Jarang dan nyaris tidak pernah seseorang menjadikan bahagia, gembira, dan senang sebagai bahan curhat. Jika ada, maka orang-orang yang demikian memaknai curhat dalam dua dimensi (hitam-putih). Artinya bahwa curhat tidak terbatas pada emosi negatif yang dirasakan dalam diri seseorang akibat situasi atau peristiwa tertentu. Tetapi, ada saat dimana emosi positif menjadi "air" yang ditumpahkan kepada seseorang yang mampu membuat orang lain (pihak yang melakukan curhat) merasa "nyaman."

Kepada "Siapa" Seseorang Seharusnya Menumpahkan Curahan Hatinya?

Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pilihan "tempat" curhat. Mungkin saja "tempat" curhat seseorang adalah orang tua (ayah atau ibu), saudara/i, sahabat, kekasih (suami/ istri, pacar), teman, pembimbing/ pembina rohani (Pastor, Pendeta, Ustadz, Suster, Frater, Bruder, dll), guru/ dosen dan pihak lainnya.
Dari berbagai pihak yang saya sebutkan di atas, "siapakah" yang paling tepat dijadikan "tempat" curhat? Tentunya semua mereka yang saya sebutkan dan tidak sempat disebutkan adalah orang-orang yang tepat. "Siapa" dalam situasi curhat menurut saya adalah dia yang mampu memiliki beberapa sikap mendasar, antara lain:

1. Bijaksana

Ke"bijaksana"an seseorang dapat diketahui melalui setiap pilihan dan keputusannya dalam menentukan sesuatu. Sikap ini mengarah kepada "keberpihakan" yang benar dan "menguntungkan" banyak pihak (community). Dalam kaitannya dengan curhat adalah dia yang mampu berpihak kepada orang yang "datang" dan "menumpahkan" semua perasaan beban (positif-negatif) kepadanya. Keberpihakan menjadi pilihan bagi setiap mereka yang "bermasalah". Bayangkan saja jika seseorang datang kepadamu dan mencurahkan segala isi hati, setelahnya kamu berpihak pada masalah yang mungkin membebaninya. Beban yang dirasakan justru akan semakin berat. Lebih jauh dari itu, bijaksana merujuk pada kepandaian memahami masalah yang tengah dihadapi seseorang. Masalah akan menemumui jalan terang penyelesaian.

2. Peduli~Simpati

Sikap peduli memampukan seseorang disimpati. Segala bentuk perhatian yang diberi membuat siapa saja menaruh harapan; bahwa ketika ada masalah ia senantiasa hadir memberikan hatinya bagi hati yang mungkin tersakiti. Akibatnya, seseorang tidak merasa sungkan untuk mengisahkan segala "pergumulan" yang ia hadapi. Ibarat tangan yang selalu terbuka untuk mendekap setiap "dada" yang sakit. Ketika didekap, "dada" yang sakit bersentuhan dengan "dada" yang senantiasa menawarkan "teduh".

3. Nyaman~Damai

Potensi memancarkan situasi nyaman dan damai adalah bagian intim dari barbagai sekian banyak jalan "solutif". Kehadiran seseorang yang memberikan rasa nyaman dan damai selalu menjadi "sasaran" curhat. Segala rasa gelisah, kecewa, sakit bahkan luka seketika "terobati" saat ada dan hadir bersama orang yang demikian. Tangis menjelma senyum dan tawa, air mata menjelma "embun segar". Sebagaimana "dada" yang setia memberikan kenyamanan bagi siapa pun yang dirundung "kesedihan". Damai akan begitu terasa dan perasaan "merdeka dari segala" dialami, sungguh. Sikap yang demikian adalah "senjata" yang mampu memusnahkan segala "konflik" (batin-psikis).

4. Penuh Kasih~Sayang

Setelah nyaman dan damai terasa, seseorang akan mengalami situasi sarat kasih sayang. Oleh karenanya, sikap ini seolah menjadi klimaks yang "diharapkan" setiap mereka yang "terbeban". Perasaan "lepas dan terbuang" segala energi negatif akan "ditangkap dan dierati" dalam situasi ini. Konsep tentang sikap ini beragam interpretasi. Saya berusaha untuk menggambarkan situasi ini dalam imaji sederhana. Bayangkanlah seserang yang terjatuh dari ketinggian 2o25 kaki di atas permukaan laut seketika "pulas" di tempat yang empuk. Pulas dan empuk; itulah kasih sayang. Bayangkanlah seseorang yang ketagihan kopi, selama seminggu ia tidak pernah meminum cairan hitam bahkan tak melihat ampasnya, kemudian datanglah seseorang menyodorkan secangkir kopi. Nikmat begitu terasa. Itulah kasih sayang.
Lebih jauh dari itu, puncak dari segala adalah ia yang mampu bersyukur kepada Dia di dalam doa. Sebab manusia dalam manusiawinya adalah "alat"-Nya untuk memancarkan kasih bagi semua umat manusia.

Epilog

Demikian beberapa sikap (nilai) mendasar yang hendaknya dimiliki oleh setiap kita. Sebab di dunia ini kita tidak sendiri. Banyak orang ada di antara kita. Mungkin kemarin atau hari ini orang lain mendapat masalah, tapi esok dan hari-hari yang akan datang belum tentu Anda luput dari masalah. Ingat, hidup itu sendiri adalah masalah!

Catatan:
Artikel ini adalah hasil refleksi saya (ulasan reflektif) yang kiranya memberi manfaat bagi siapa saja yang sempat membacanya.
Ulasan ini akan berkelanjutan.
Akan menyusul ulasan berikutnya ya.
😊😊😊😊
Foto: from google. AMP.wordpress.com


Oeba~Kupang, 17022017
Herman Efriyanto Tanouf

Comments